Dalam dunia teknologi yang bergerak cepat, tekanan untuk terus berinovasi dan berkembang tidak pernah surut. Namun, di tengah kesibukan tersebut, komunitas profesional teknologi Nexus Club Golf menemukan cara baru untuk beristirahat sambil tetap menjaga koneksi bisnis.
Diadakan di Senayan Golf Club Jakarta (26/4), sejumlah ‘tech bro’s golfers’ larut dalam suasana hangat dan intim. Salah satu daya tarik utama dari event ini adalah atmosfer yang santai namun tetap produktif. Tidak ada tekanan pitch formal atau jadwal meeting yang ketat. Obrolan seputar perkembangan teknologi terbaru, potensi kolaborasi, hingga ide-ide baru mengalir dengan lebih alami di antara pukulan-pukulan golf yang santai. Di sela-sela permainan, peserta biasanya menikmati minuman ringan dan makanan ringan, sambil membicarakan segalanya, termasuk peluang investasi.
Teh Group, inisiator dari Nexus Club Golf merupakan perusahaan marketing dan business intelligence. Berfokus pada kebutuhan klien yang merupakan perusahaan teknologi seperti Google, AWS, SAP, dan lain-lain.
“Perusahaan – perusahaan ini meminta kami untuk menemukan dan membuka pasar serta berinteraksi dengan para kunci penentu kebijakan di dunia teknologi. Bukan sekadar ajang bermain golf biasa, ini adalah kombinasi unik antara olahraga santai, networking strategis, dan kesempatan untuk mempererat hubungan di luar meja rapat. Diselenggarakan secara rutin di berbagai lapangan golf bergengsi, acara ini menjadi momen di mana CEO startup, insinyur perangkat lunak, investor, dan eksekutif teknologi berkumpul, melepas stres, dan bertukar ide dalam suasana yang lebih kasual,” ungkap Jeffrey Teh dari Teh Group.
Bagi banyak pelaku teknologi, bermain golf juga dianggap sebagai bentuk “soft skill” penting. Golf mengajarkan kesabaran, strategi, dan pengendalian diri—semua keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam membangun perusahaan teknologi. Selain itu, karena golf masih menjadi olahraga prestise di banyak kalangan profesional, kehadiran di acara seperti ini membuka banyak pintu baru untuk pertumbuhan karier dan bisnis.
“Saya kira, Indonesia sedikit lebih baik, di negera-negara seperti Singapura, Hong Kong, China, mereka menghadapi tekanan tinggi. Terkait dengan wellness, kami sadar kalau mayoritas komunitas IT yang bekerja sama dengan saya, mereka tidak punya wellness program atau program apapun atau bahkan memiliki komunitas. Kebanyakan mereka sekadar bekerja dan bekerja, sehingga tidak ada keseimbangan; tidak ada keseimbangan keluarga. Berangkat dari isu ini saya berpikir untuk mulai mengorganisasi kegiatan seperti ini. Tidak hanya golf, ada hiking, tenis, kami bahkan punya klub catur. Semua ini hanya untuk mengajak mereka keluar dari pekerjaan utama mereka sejenak, dan kemudian bisa terkoneksi, memainkan kegiatan olahraga tertentu, dan kami perlu membagikan praktik=praktik terbaik, tantangan-tantangan, atau apapun yang mau dibagikan, atau bahkan teknologi yang bisa dibagikan. Jadi, inilah ide keseluruhan dari Nexus Club Golf. Ini bukan untuk profit. Sekadar membangun komunitas karena komunitas IT juga telah membantu perkembangan Teh Group juga karena mereka mendukung selama bertahun-tahun. Jadi, Nexus Club ini merupakan salah satu cara kami untuk memberi apresiasi kepada mereka,” ungkap Jeffrey Teh.
Nexus Club Golf 2025 yang juga diinisiasi oleh Teh Group juga menjadi contoh bagaimana dunia teknologi terus beradaptasi, tidak hanya dalam inovasi produk, tetapi juga dalam membangun budaya komunitas. Di dunia yang serba digital, bertemu langsung, bertukar senyum, dan berinteraksi tanpa layar, menjadi hal yang semakin berharga.
“Kami memulainya tujuh bulan lalu, pertama kali kami lakukan di SIngapura. Awalnya, kami bahkan tidak punya sumber daya untuk memulainya. Hanya sekadar email, menghubungi orang-orang IT dan mengajak mereka main golf. Lalu kami mulai melakukannya tiap pekan di Singapura. Dan minggu depannya ada 10 orang muncul, bahkan hujan pun, orang masih mau main. Selanjutnya, kami memulainya juga di Filipina, hal yang sama juga. Kadang mereka main golf sendiri lantaran bermain dalm Nexus Club seperti ini hanya sebulan sekali, lalu mereka mulai membangun persahabatan. Saya tahu karena saya juga berada dalam grup whatsapp mereka, jadi kadang saya tahu kalau mereka makan bersama di suatu tempat, lalu mereka mulai membangun pershaabatan yang belum pernah terjalin sebelumnya. Inilah yang di awal tadi saya katakan kapasitas mentoring,” tutup Jeffrey Teh.
Melihat antusiasme dari para ‘tech bro’s’ event yang mendapat dukungan penuh dari Akamai ini, tidak heran jika secara fundamental, komunitas ini sangat kuat. Menariknya, semua orang dengan latar belakang yang hampir sama bisa bergabung dalam komunitas ini bahkan tidak ada iuran keanggotaan. Well, dengan member dari Teh Group yang tersebar hampir se-Asia Pasifik, kolaborasi apik bisa sangat mungkin lahir bukan di ruang konferensi, tetapi di lapangan golf—di antara tawa santai, angin segar, dan semangat sportivitas.