Di antara sorotan internasional dan persaingan ketat 22 negara, dua pegolf muda Indonesia—Teuku Husein M. Danindra dan Stanley E. Hollyhomes—menjalani salah satu pengalaman paling penting dalam perjalanan amatir mereka.
Saujana Amateur Championship 2025 kembali digelar di Palm Course, Saujana Golf & Country Club, lapangan berjulukan “The Cobra”, terkenal dengan fairway panjang, green cepat, serta desain berkarakter championship karya Ronald Fream. Memasuki edisi ke-35, turnamen ini konsisten menjadi magnet bagi pegolf muda terbaik Asia hingga Eropa.
Selain prestisenya, turnamen ini semakin menarik karena menghadirkan sesuatu yang jarang ditemui di tingkat amatir: poin World Amateur Golf Ranking (WAGR). Dengan pengakuan dari R&A atas kelayakan venue, Saujana bukan hanya kompetisi, tetapi peluang konkret menuju karier yang lebih menjanjikan di masa depan.
Di panggung inilah Husein dan Stanley mengambil langkah besar.
Teuku Husein, salah satu amatir muda paling konsisten di Indonesia, terus memperkaya jam terbangnya lewat berbagai turnamen nasional dan internasional. Sementara Stanley Hollyhomes, pegolf asal Batam yang produktif di turnamen junior dan amatir regional, kembali menguji kapasitas dirinya di arena yang jauh lebih kompetitif.
Palm Course adalah lapangan yang “jujur”—setiap keputusan taktis punya konsekuensi. Persaingan dengan pegolf dari Asia Pasifik hingga Amerika Serikat membuat pengalaman ini bukan hanya adu teknik, tetapi pembelajaran manajemen permainan, mental, dan presisi pukulan.

Di tengah kiprah dua putra bangsa tersebut, Indonesia juga mencatatkan kehadirannya di arena junior internasional lainnya. Calista Alegra Dewantara, peraih empat medali emas Porprov IX Jawa Timur 2025, tampil sebagai satu-satunya wakil Indonesia di HSBC Youth Golf Challenge Leg 1 yang digelar di Singapore Island Country Club. Kehadirannya di turnamen elite junior Asia Tenggara itu memperlihatkan bahwa bibit-bibit muda Indonesia, baik putra maupun putri, tengah memasuki fase kompetisi yang makin intens dan semakin bertaraf internasional.
Gabungan kiprah Husein, Stanley, dan Calista di berbagai panggung regional menunjukkan satu hal: golf amatir Indonesia sedang bergerak ke arah yang lebih terstruktur, berani, dan visioner. Turnamen-turnamen di luar negeri bukan lagi sekadar agenda uji coba, tetapi medan untuk mengukur kualitas, meningkatkan ranking, dan membangun karakter kompetitif sejak usia muda.
Jika konsistensi ini terus terjaga, bukan mustahil dalam beberapa tahun ke depan, nama-nama ini akan kembali ke panggung yang sama—bukan sebagai peserta amatir, melainkan sebagai pegolf profesional yang siap bersaing di level tertingg
