OUR NETWORK

Golf Points of View: The Celebrities

Belakangan semakin banyak selebriti tanah air yang tertarik dengan golf. Dari pesinetron hingga presenter olahraga. Tak tanggung-tangung, mereka bisa dua hingga tiga kali dalam seminggu turun lapangan.

Olahraga golf telah menjadi magnit bagi siapa saja. Dari politisi hingga selebriti, dari pejabat hingga musisi. Tidak melulu untuk lobi bisnis, golf adalah sarana olahraga sekaligus hiburan yang memiliki segudang manfaat di dalamnya.

 

Dunia golf tanah air semakin semarak berkat adanya pegolf-pegolf baru dari lintas profesi. TIdak hanya didominasi oleh para pebisnis ataupun ekspatriat, golf sekarang telah dimainkan pula oleh para selebriti. Singkatnya, berbekal ketekunan dan konsistensi para pesohor layar kaca ini telah menemukan bagaimana menikmati golf. Menganggapnya sebagai kebutuhan, golf terus mereka mainkan. Tapi, apakah golf hanya sebatas aktivitas untuk menghilangkan penat atau faktor fashion belaka? Membahas soal ini, GolfMagz sengaja menemui dua selebriti: Gunawan dan Dita Fakhrana, finalis Putri Indonesia 2017 yang juga presenter olahraga. Berikut petikan wawancaranya:

Sejak kapan jatuh cinta sama golf?

Dita: Saya masih baru di golf, baru setahunan yang lalu saya mulai latihan.

Gunawan: Kira-kira empat-lima tahun lalu, sebelum kecelakaan motor. Terus, berhenti sebentar dan sekarang main lagi.

Apa alasan Anda memilih golf sebagai olahraga?

Dita: Awalnya sih, nemenin pacar saya ke lapangan golf dan dia sering ajak saya main golf. Pikir saya kenapa tidak.

Gunawan: Golf menurut saya olahraga yang aneh. Karena semua gerakan bersinergi dengan tubuh. Seluruh gerakan berputar, bersinergi semua, kalau ada yang salah jadi tidak maksimal dan keseragaman gerakan harus seirama. Hal aneh ini yang membuat saya semakin penasaran.

Flaschback, kenal golf dari mana?

Dita: Dari pacar saya. Dia dari kecil sudah main golf, bapaknya dia juga main golf. Nah, saya main golf sama mereka.

Gunawan: Saya kenal golf mulanya malah dikerjain sama teman. Hahaha. Dia mengajak bertemu di Plaza Senayan, lalu saya disuruh memiliki stick,  saya pikir dibayari.  Tapi rupanya saya “dibohongi”. Setelah itu, mau tidak mau golf club tadi harus saya bayar dan besoknya, teman saya itu kemudian baru mengajak saya driving.

Citra pertama yang Anda dapat dari golf?

Dita: Saya adalah tipikal orang yang bisa semua olahraga. Dari beladiri, futsal, baseball sampai basket. Saya pikir golf sama seperti olahraga-olahraga itu, ternyata tidak. Golf itu susah. Saya butuh enam bulan untuk adaptasi dan butuh setahun untuk belajar konsisten. Pernah dalam satu hari saya menghabiskan sampai 600 bola. Tangan saya sampai rusak. Tapi, seminggu sesudahnya saya bisa mukul jauh dan rasanya sangat menyenangkan.

Gunawan: Awalnya saya tidak suka sama golf. Olahraga yang egois, pikir saya. Lapangannya luas, bola diam dipukul, hilang dicari sama caddy, olahraga yang tidak ada keringatnya. Tapi, setelah saya driving, saya baru nemu enaknya.

Berapa kali dalam seminggu Anda main?

Dita: Seminggu bisa sampai dua kali saya turun lapangan. Kalau untuk driving minimal sekali. Saya lebih suka langsung main ke lapangan.

Gunawan: Seminggu saya jadwalkan sekali di driving range dan dua kali turun lapangan.

Apa yang ada dalam golfbag Anda?

Dita: Waktu pertama kali main, saya pakai Titleist M4 yang ladies shaft. Tapi karena saya over energy dan bola saya bisa kemana-mana, saya pindah pakai man regular shaft. Sekarang saya pakai putter dari Titleist, iron set Titleist M5 regular shaft, driver by PING G410.

Untuk sepatu saya pakai Adidas sama Under Armour. Glove, saya pakai Titleist.

Gunawan: Waktu awal saya pakai Mizuno. Sekarang di golfbag saya ada PXG, Honma dan Epon.

Apa pertimbangan Anda ketika memutuskan memilih golf club tertentu?

Dita: Standar sih, karena merek, Hahaha. Tapi, kalau ada PXG yang khusus perempuan saya mau.

Gunawan: Waktu pertama kali, karena mikirnya akan dibelikan, saya memilih yang harganya tak terlalu mahal. Kalau sekarang, keputusan untuk memilih golf club karena berbagai faktor. Salah satunya adalah faktor bobot, teknologi dan fitur yang ditawarkan. Selain alat-alat tersebut, saya juga masih perlu untuk belajar lagi bagaimana mencapai akurasi dan distance yang saya inginkan.

Apa manfaat golf bagi Anda?

Dita: Bagi saya golf melatih kesabaran dan mindset.

Gunawan: Wah banyak sekali. Emosional dan kesehatan salah satunya. Tapi yang utama adalah saya jadi rajin sholat shubuh. Saya menikmati sakali pemandangan hijau. Bodi dan postur saya juga lebih baik. Golf juga mengajarkan saya tentang manajemen, seperti bagaimana mendapatkan poin atau alat yang harus saya pakai.

Lebih sering ikut turnamen atau bermain bersama teman?

Dita: Saya pingin banget ikut turnamen tapi jadwalnya selalu bentrok. Jadinya, paling sering, saya main sama pacar dan teman-teman saya.

Gunawan: Saya seringnya main sendiri. Jarang sekali saya ikutan turnamen.

Seberapa penting caddy bagi Anda?

Dita: Sangat penting. Bagi saya, pentingnya di green sama melihat arah bola. Saya sering diingatkan caddy juga karena postur kepala saya sering kemana-mana setelah mukul, hahaha.

Gunawan: Sangat penting. Mereka juga bisa memantau cara saya main: apa yang salah, apa yang perlu saya tingkatkan atau perbaiki. Para caddy itukan banyak bertemu golfer, jadinya, kalau ada yang salah mereka bisa mengkoreksi cara kita main.

Ada target khusus terkait golf?

Dita: Saya pingin jadi pro, minimal single handicap. Golfer perempuan dengan single handicap itukan jarang ya, nah, kayanya keren tuh.

Gunawan: Saat ini handicap saya ada di 16. Kalau sedang bagus bisa 8. Saya ingin lebih mengecilkan lagi.

Pegolf favorit Anda?

Dita: Brooks Koepka sama Tiger Woods. Kalau lokal, saya suka latihan sama Rinaldi Adiyandono, Haha.

Gunawan: Tiger Woods sama Rory Mcilroy. Brooks Koepka juga saya suka. Kalau lokal saya mengidolakan Naraajie, penampilannya di Indonesia Open kemarin, keren!

Terakhir, harapan Anda untuk golf di Indonesia?

Dita: Saya rasa golf di Indonesia harus naik lagi dan sepertinya akhir-akhir ini golf di Indonesia sedang naik lagi. Selain itu, sepengamatan saya, belakangan banyak anak-anak muda yang mulai main golf. Menurut saya ini hal yang sangat bagus. Edukasi soal golf bukan sesuatu hal yang mahal dan olahraga yang tidak membosankan juga perlu disebarluaskan. Nah, bagaimana caranya masyarakat mengenal golf dengan baik ini yang perlu disebarkan lebih luas lagi.

Gunawan:  Indonesia memiliki banyak lapangan yang bervariasi. Saya pikir Pemerintah harus mulai melihat golf secara lebih luas lagi terutama soal kualitas hidup pegolf pro kita. Bagi banyak orang, golf di Indonesia itukan lebih ke arah fashion tidak seperti olahraga-olahraga lainnya. Minimal, Pemerintah harus mulai membuat golf lebih “booming” seperti running, badminton atau sepakbola.

Comments