Hendri Nasim dan Upayanya Menaklukkan Angin di Jakarta International Championship 2025

2 min read
Social Share

Di Damai Indah Golf – PIK Course, angin sering kali menjadi lawan tak kasat mata yang mampu mengubah jalannya permainan. Bagi Hendry Nasim, yang akan tampil di Jakarta International Championship (JAKIC) 2025, angin justru menjadi tantangan yang membakar semangatnya.

“Terakhir saya main di Damai itu di turnamen PGA Tour Indonesia beberapa waktu lalu, dua hari under-9. Hole 15 par 3 di sana benar-benar menguji mental, karena anginnya selalu melawan. Saya harus pintar menambah stik kalau memang anginnya besar,” kata Hendry, mengingat kembali pengalaman yang terus ia jadikan bekal.

Hendri Nasim / Foto: Yongki Hermawan

Strategi melawan angin baginya bukan sekadar soal tenaga, melainkan seni mengendalikan bola. “Kalau angin depan, biasanya saya tambah satu atau dua stik. Bola saya buat lebih rendah supaya tidak terlalu lama di udara. Intinya jangan melawan dengan emosi, tapi dengan kontrol,” jelasnya.

Selain angin, Hendry juga menyoroti green di hole 9 yang dianggap salah satu titik paling sulit di PIK Course. “Green di hole 9 tricky sekali. Kontur dan kemiringannya membuat bola bisa meluncur jauh kalau tidak presisi. Kadang sudah pukul bagus, tapi begitu sampai green malah jadi kerja ekstra. Jadi di situ butuh fokus penuh dan kesabaran,” ungkapnya.

Namun Hendry tidak berjalan sendiri. Dukungan komunitas Black Dogs, tempat ia bernaung, membuatnya semakin percaya diri. “Teman-teman selalu support dan mendoakan yang terbaik. Mereka ingatkan saya untuk jangan emosi, jaga tempo swing, dan fokus ke target. Itu pesan yang selalu saya bawa ke lapangan,” ujarnya.

Persiapan menuju JAKIC 2025 yang akan digelar pada 2-5 Oktober 2025, pun dilakukan dengan disiplin. Selama sebulan terakhir, Hendry rajin berlari pagi dan sore, melatih ketahanan fisiknya. “Biasanya kalau main sama murid, kan naik golf cart, jadi sekarang saya coba banyak jalan. Selain itu, saya banyak latihan short game,” katanya sambil bercanda soal kebiasaan merokoknya yang muncul tiap kali bogey.

Meski targetnya sederhana, Hendry tetap membawa api kompetisi. “Saya ingin main sebaik mungkin dan masuk di miss cut JAKIC. Dari teman-teman pemain muda saya belajar bagaimana mereka tidak terlalu banyak berpikir saat memukul. Mereka bebas, rileks, dan tepat ke target. Itu yang ingin saya terapkan,” tutupnya dengan optimis.

Di lapangan yang anginnya tak pernah bisa ditebak, Hendry Nasim tahu bahwa pertarungan sesungguhnya bukan hanya melawan lawan atau skor, melainkan melawan dirinya sendiri—menjaga fokus, kesabaran, dan keberanian menghadapi setiap hembusan.

You May Also Like

More From Author