Korelasi Golf dan Ortopedi

Estimated read time 3 min read

Cidera dalam olahraga sering ditanganinya. Mengaku tertarik dengan olahraga golf karena golf adalah olahraga yang membutuhkan presisi, sama dengan profesi yang beliau jalani saat ini. Sering bermain golf bersama beberapa komunitas, golf adalah salah satu kegiatan yang tetap membuatnya bugar. Dalam turnamen gelaran Magic Ohana, kami berjumpa dengan ortopedis yang bermain cukup bagus di siang itu. Berikut petikan wawancara kami bersama Dr. dr Luthfi Gatam, Sp.OT(K)-Spine:

Sejak kapan Anda tertarik main golf?

Saya baru di olahraga ini. Seingat saya, pertama main golf itu enam tahun yang lalu.

Kenapa tertarik dengan golf?

Sebetulnya saya diracuni oleh saudara saya. Ia membelikan saya sebuah club, lalu sayacoba. Lama-lama kok, enak juga, ya (sambil tertawa). Ternyata melalui golf saya bisa menikmati pemandangan, saya jadi senang dan akhirnya rutin main.

Di awal main golf apa kesulitan Anda?

Ternyata main golf itu susah, ya. Belajarnya saja susah, tidak seperti olahraga lainnya. Golf penuh dengan pelajaran: mulai dari penguasaan diri sendiri, tehnik sampai penguasaan sama bola. Saya butuh waktu dua tahun untuk benar-benar bisa menikmatinya.

Main golf belajar darimana?

Saya belajar dengan pelatih pro. Saya tidak otodidak. Soalnya, kalau belajar di umur tua lebih susah belajar secara otodidak. Saya pernah putus asa ketika belajar main golf, itu jaman saya masih sekolah (sambil tertawa)

Anda tergabung dalam komunitas?

Saat ini saya tergabung dalam komunitas Indonesia Medical Golf Club (IMGC), kebetulan ketua umum untuk Jabodetabek adalah saya. Yang kedua, saya tergabung dalam Magic Ohana. Sementara, saya juga ketua dari Ortopedi Golf Jakarta.

Bisa ceritakan tentang IMGC dan Ortopedi Golf Jakarta?

IMGC adalah wadah bagi para dokter yang suka dengan olahraga golf. Member kami tersebar di seluruh Indonesia, kurang lebih ada 300-400 golfer. Dalam setahun, kami rutin mengadakan dua kali turnamen. Kalau Ortopedi Golf Jakarta sebenarnya adalah anak dari IMGC, saat ini membernya kurang lebih ada 50an golfer. Nah, kalau Ortopedi Golf setahun sekali mengadakan turnamen.

Sebagai seorang Ortopedis, apa menariknya golf?

Sebenarnya golf sama ortopedis itu tidak ada hubungannya (tertawa). Tapi jika dihubung-hubungkan, seorang ahli ortopedi itu sama seperti tukang, butuh skill untuk bekerja. Nah, persamaanya dengan golf adalah golf juga butuh skill tinggi. Golf itu harus halus, tidak boleh kasar. Olahraga yang butuh ketepatan, presisi, pengusaan diri, mental dan konsentrasi. Analoginya juga sama dengan ahli ortopedi: kami juga dan penguasaan diri yang baik. Golf dan ortopedi memiliki korelasi yang sama.

Terkait dengan cidera golf, apa yang bisa dilakukan oleh ortopedis?

Golf itu adalah olahraga yang rawan cidera. Salah satu cidera yang paling sering adalah golfers elbow, lalu lutut. So far, para golfer yang sudah paham, begitu salah satu bagian tubuhnya cidera langsung dibawa ke ortopedis. Saya selalu bilang bahwa cidera harusnya istirahat, tidak boleh diurut. Sementara, kepercayaan di masyarakat kita masih salah. Tapi, tren cidera lalu ke ortopedis ini semakin hari grafiknya semakin naik, golfer atau masyarakat sudah mengerti pentingnya ortopedi.

Kembali ke golf, Anda punya lapangan favorit?

Karena saya masih pemula, saya suka lapangan yang datar-datar saja. Lapangan yang datar di Jakarta salah satunya adalah Gading Serpong. Kalau yang murah ya, di Pangkalan Jati (tertawa).

Boleh dibocorkan Anda menggunakan club apa saja?

Untuk putter saya pakai S Yard, sudah empat tahunan saya pakai. Driver, XXIO 10Kalau Iron saya pakai XXIO 950. Sepatu saya lebih cocok sama Ecko.

You May Also Like

More From Author