The Masters 2018 memang sudah selesai, Patrick Reed telah memenangi turnamen ini dengan banyak sindiran.
Masih ingat tahun lalu, bagaimana Sergio Garcia akhirnya memecahkan “telur” major pertamanya setelah 73 kali mengikuti turnamen Majors. Di penampilan ke 74, Sergio berhasil menghapus gelar “the best player to not have won the Major”. Jaket Hijau akhirnya dipasangkan padanya di Minggu petang Augusta National, April 2017. Dan kini, tampil sebagai juara bertahan, di The Masters 2018 Sergio kembali harus menghadapi kembalinya sang legenda Tiger Woods. The Masters 2018 menjadi turnamen Major pertama yang dinanti-nanti bukan hanya karena kehebatan lapangan Augusta National dalam menggenjot para pegolf professional dunia di PGA Tour, namun juga dengan bumbu “kembalinya Tiger Woods.” Dimulai pada seri turnamen pembuka PGA Tour 2018, Tiger Woods mulai menunjukkan ketajaman dan mental juara yang akhirnya nyaris tercapai saat menjadi Runner Up di Bay Hill, sebulan sebelum The Masters. Ranking pertama golf dunia sejak 2017 Dustin Johnson yang gagal bertarung di Augusta tahun lalu karena cidera pundak yang dialaminya, kini berada dalam top form untuk membalas dendam. Rory McIlroy, yang masih hangat menjuarai Arnold Palmer Invitational di Bay Hill 18 Maret lalu, juga masih menyimpan dendam lama di 2nd Nine Augusta National – terutama di hole-10. Masih ada juga Justin Thomas, yang menjadi juara Major terakhir 2017, The PGA Championship, dan Jordan Spieth yang juga berada di Ranking 4 Golf Dunia. Tak lupa, Phil Mickelson yang di tahun ini sudah mengantungi 1 trophy PGA Tour di WGC-Mexico Open pada awal Maret. Belum lagi jawara-jawara asal Eropa seperti Henrik Stenson dan Paul Casey, lengkaplah para bintang berlaga untuk menyematkan The Green Jacket 2018 di pundak mereka.
Augusta National sebagai host venue juga menyiapkan berbagai tantangan yang membuatnya menjadi salah satu venue golf ternama dunia. Mulai dari fairway Hole-1 yang berbukit, sampai drama di Amen Corner yang legendaris dan kerap menghancurkan harapan para leaderboard di Minggu petang final round. Para pencinta golf di Indonesia tentunya telah menandai kalendar dan siap “begadang” menyaksikan siaran langsung dari Augusta National. Clubhouse di akhir pekan biasanya akan ramai dengan chit-chat seputar Masters, atau bahkan pertaruhan siapa yang akan muncul sebagai Juara.
Sergio kah, mampu mempertahankan gelar?
Ternyata justru sang juara bertahan missed-the-cut akibat hukuman “Amen Corner”. Sergio mencetak rekor 13 pukulan dalam 1 hole di Round 1. Dengan total 7-over, hilanglah harapan untuk bahkan bertahan sampai ke weekend. Cerita The Masters 2018 justru berubah total menjadi kisah sukses si bengal Patrick Reed.
Patrick Reed, nama yang kerap diasosiasikan dengan kata “Arogan” akhirnya berhasil menahan laju Rory McIlroy, Henrik Stenson dan bahkan Jordan Spieth yang nyaris mengejar dengan menyamakan rekor terendah Augusta, 9-under 64.
Di tengah membahananya tepukan dan teriakan para patron yang menyaksikan drama Major pertama 2018, dengan mengenakan baju berwarna merah muda Si Capten America pun berhasil menahan rekan senegaranya Jordan Spieth dan Rickie Fowler untuk merebut gelar Major di Augusta National. Meski banyak drama tersebar di dunia maya di sepanjang turnamen, duel klasik antara pemuda 28 tahun ini menahan Rory McIlroy, Jordan Spieth dan Ricky Fowler, menampilkan pertempuran yang seru. Bahkan, keseruan turnamen epik ini digadang-gadang seperti hebatnya duel di Ryder Cup 2016 lalu. Hari Sabtu sepertinya memang hari keberuntungan bagi Reed, persona pegolf asal Amerika Serikat itu semakin memuncah. Birdie dan eagle berhasil ia torehkan. Puncaknya ketika ia mampu berada tiga angka di depan Fowler. Peristiwa ini seperti pertempuran tunggal dan menegangkan antara Reed dan Fowler. “Ada banyak hal yang dapat Anda lakukan di Ryder Cup yang tidak dapat Anda lakukan di Augusta National,” Ungkap Reed ketika jumpa media di Hari Sabtu, selepas turnamen.
Masuk ke hari penentuan, Reed berbekal raihan angka 5 di bawah par 67, ia memimpin tiga pukulan di atas Fowler. Reed tahu betul bahwa ia harus mampu membuat kenangan manis untuk pertama kalinya di ajang ini. Meski tidak diharapkan, namun, kenyataan berbicara lain, Patrick Reed yang sebenarnya sudah tahu bahwa ia tak dielu-elukan sebagaimana McIIroy atau Spieth bahkan Fowler yang didukung oleh para penonton dari pinggir lapangan. Namun, di hari penentuan itu, ia perlahan-lahan naik ke permukaan. Round 4 Minggu petang dipenuhi drama kejarmengejar score. Ricky Fowler mengejar sampai ke hole- 18 dengan total 14-Under. Berada di flight terakhir, leading the board bersama Rory McIlroy, Patrick Reed mampu mempertahankan posisi di posisi teratas, dan mencetak 1-under 71 untuk berada 1 stroke lebih baik dari Jordan Spieth. Spieth gagal menjaga posisi dan harus puas dengan total 13-under akibat bogey di hole terakhir. Dengan memimpin tiga pukulan di depan Fowler, pemuda asal Texas ini berhasil membungkam publik Augusta National. Pada 13 par-5, Reed berdiri sejauh 188 yard untuk tembakan keduanya. Di sinilah ia memperoleh keberuntungannya. Dalam banyak kemungkinan, bisa jadi, bola yang ia tembakkan itu bisa jadi meleset atau tak sesuai harapan. Namun, yang terjadi bola itu mendarat dengan sempurna. Sementara itu, Spieth yang berada di depannya seakan sedang ‘panas-panasnya”. Beberapa kali pukulan pegolf yang lebih dijagokan ini berhasil sempurna dan membuatnya terus mengejar 9 stroke sejak awal tee-off. Sedangkan Rory McIlroy yang semula diharapkan akan memberi tekanan pada Reed, dan bermain gemilang, masih tetap tak dapat mengejar pasangan bermainnya di flight terakhir The Masters 2018 ini. Walhasil, Patrick Reed, pegolf ranking 24 dunia, berhasil memenangi The Masters 2018 dengan total skor -15, satu angka lebih baik dari Rickie Fowler. Meski warganet pecinta golf banyak yang mencibirnya, namun, ia tak pernah ambil pusing. Baginya tugasnya adalah bermain sebagus mungkin.
“The Masters is not a popularity contest” ungkapnya kepada The Guardian.
Congratulation Reed!