Waspada! Panas Ekstrem di Lapangan Golf

3 min read

Dalam beberapa hari ini wilayah Indonesia dilanda suhu panas yang menyebabkan cuaca terik ketika siang hari. Menanggapi hal ini Deputi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto mengatakan bahwa suhu panas ini masih akan terjadi hingga Agutus-September. Kondisi ini disebabkan oleh posisi semu matahari yang berada di dekat Khatulistiwa. Kendati demikian, Guswanto menyebutkan bahwa fenomena ini bukanlah heatwave atau gelombang panas seperti yang terjadi di Thailand dan Filipina. Kondisi panas ekstrem yang memanggang Asia diperkiraan bakal terus berlanjut dan mencapai rekor tertinggi pada Mei 2024 (Kompas, Jumat 3/5/2024).

Pegolf Junior Gemilau Joanne Kurnia membawa persediaan air minum yang cukup banyak selama pertandingan berlangsung. Hal ini dilakukan untuk tetap hidrasi sepanjang permainan apalagi turnamen dimulai di siang hari yang cukup panas. Foto: Yongki Hermawan

Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani mengatakan bahwa dalam kondisi cuaca seperti ini masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan antisipiasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem. Seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es, (CNBCIndonesia Kamis, 2/5/2024).

Lantas, apa yang terjadi jika kondisi suhu panas ini terus berlanjut?, dilansir dari New York Times, sebuah studi mengatakan bahwa perubahan iklim membuat gelombang panas bertahan lebih lama, sehingga memperburuk dampak suhu ekstrem. Semakin lama gelombang panas bertahan di suatu tempat, semakin lama pula manusia terpapar suhu yang mengancam jiwa. Ketika pekerja melambat saat cuaca panas ekstrem, produktivitas ekonomi pun ikut melambat. Gelombang panas juga mengeringkan tanah dan tumbuh-tumbuhan, merusak tanaman, dan meningkatkan risiko kebakaran hutan.

Pegolf asal India Gaganjeet Bhullar menutupi kepalanya dengan handuk ketika berlaga dalam sebuah turnamen di Indonesia. Selain banyak minum, langkah ini diambil untuk melindungi kepala dari panas di sepanjang turnamen. Foto: Yongki Hermawan

Terkait dengan pemanasan global dan relasinya dengan golf, Relation Manager The Manor House Golf Club, Zoe Essam memberikan pandangannya bahwa ketika pemanasan global terus mengubah iklim bumi, dampaknya terhadap lapangan golf menjadi semakin nyata. Dari gelombang panas dan kekeringan hingga badai hebat dan banjir, pengelola lapangan golf harus menghadapi perubahan lanskap untuk memastikan kelangsungan olahraga ini dalam jangka panjang. Dengan menerapkan strategi adaptif dan menerapkan praktik keberlanjutan, lapangan golf dapat memitigasi dampak perubahan iklim dan terus memberikan pengalaman bermain yang menyenangkan untuk generasi mendatang.

Pegolf junior Elaine Widjaja menyeka keringatnya dalam suatu turnamen yang digelar di Jakarta beberapa waktu lalu. Foto: Yongki Hermawan.

Menanggapi kondisi gelombang panas, otoritas golf di Australia bahkan mengeluarkan kebijakan bagi lapangan golf dan turnamen di Australia. Kebijakan ini mengacu pada Sports Medicine Australia yang terkait dengan pencegahan penyakit panas dalam kegiatan olahraga terutama bagi anak-anak dan orang dewasa. Tak hanya untuk para pegolf, kebijakan ini juga ditujukan bagi para caddy, ofisial, dan relawan yang terlibat pada sebuah turnamen. Salah satu poin dalam kebijakan tersebut adalah jika suhu panas sudah di atas ambang batas maka panitia berhak untuk mempertimbangkan penundaan waktu hingga pembatalan turnamen.

You May Also Like

More From Author