How to Build Sustainable Junior Golfers

4 min read

Sosoknya yang ramah dan penuh gairah membuatnya diterima dengan baik di semua komunitas golf. Memiliki passion yang luar biasa terhadap olahraga golf, tokoh muda yang satu ini memang memiliki ketertarikan dengan berbagai cabang olahraga sejak kecil. Golf yang ia pelajari setiap hari semasa kecil menjadikannya ingin menaikkan golf ke level yang lebih tinggi.

Terpilih secara aklamasi pada kontestasi pemilihan Ketua Umum PGI DKI, Reza Ihsan Rajasa, akhirnya resmi menahkodai PGI DKI Periode 2020 – 2024. Dengan misi dan visi membawa PGI DKI menjadi barometer golf nasional, Reza begitu ia biasa disapa, juga akan membuat golf lebih inklusif. Di tangannya, akses terhadap golf akan dibuka seluas-luasnya. Kesempatan untuk menjadi atlet golf profesional juga akan sangat terbuka. Tidak hanya itu, kepada GolfMagz, Reza Rajasa juga menceritakan banyak hal terkait dengan cita-cita dan impiannya baik tentang golf dan kesehariannya. Berikut petikan wawancaranya:

Golf is an old sport. Identik dengan olahraga para orang tua. Dalam visi-misi Anda ketika maju dalam bursa Ketum PG DKI, Anda menyebutkan akan membuat golf terbuka bagi siapa saja. Bagaimana strateginya?

Dalam kepengurusan saya, akan ada pengurus yang masih umur 19 tahun. Itu salah satu contohnya. Dengan metode cross culture, yang berarti perubahan mindset yang bertujuan untuk menarik anak-anak muda main golf, hal-hal yang berhubungan dengan lifestyle akan kami tawarkan lebih dahulu. Salah satu program kerja kami juga akan menawarkan sesuatu  yang lebih hip, lebih milenial. Program ini telah masuk dalam agenda kerja kami.

Flashback, apa menariknya mengurusi golf di DKI?

Selama pengalaman saya, semua masalah tidak berada di taraf nasional melainkan di tingkat provinsi. Sebagai provinsi yang memiliki banyak lapangan, tapi tidak tercermin dalam banyaknya junior yang main. Inilah yang menarik saya: bagaimana menumbuhkan minat masyarakat terhadap golf. Didukung dengan adanya klub yang ada di DKI, in a future, PG DKI bisa memiliki banyak atlet baru.

Apa yang Anda tawarkan untuk masyarakat supaya mereka bersedia main golf?

As a dying sport, sebagai olahraga tua, saat ini jumlah anak-anak muda yang convert dari main di driving range ke lapangan saja tidak banyak. Sebagai hard sport, program-program fun sedang kami formulasikan. Lainnya, selain pembibitan atau menemukan atlet baru kami juga mengupayakan jalur prestasi yang harus pula kami benahi. Ekosistem ini sedang kami bangun demi masa depan golf di DKI yang tentu saja akan lebih baik kedepannya.

Secara spesifik, apa yang Anda siapkan untuk membangun prestasi pegolf junior DKI?

Dalam epidemic ini ada dua hal yang bisa kita sikapi bersama. Pertama, di masa depan, bagaimana para junior ini bisa memiliki memiliki mimpi dan ketokohan. Kedua adalah mereka juga harus sadar bahwa kita memiliki sejarah panjang. Maksudnya, para golfer memiliki ikatan kuat terhadap generasi sebelumnya. Implementasinya saya ingin mereka memiliki adik angkat baik dalam perkawanan dan persahabatan. Saya yakin hal ini akan membangun respect satu sama lain. Value seperti ini yang ingin saya tanamkan.

Golf junior tidak bisa dilepaskan dengan peran serta orangtua, bagaimana Anda melihat potensi ini?

This is good question. Tren di Indonesia saat ini adalah mereka ingin anaknya main bagus dibanding anaknya sendiri. Ini bagus. Tapi, penyampaian kepada anak bisa tidak sampai. Nah, sebenarnya yang harus diberi edukasi lebih banyak adalah para orangtua ini. Para orangtua harus bisa menemukan pola bagaimana anak bisa cinta terhadap apa yang mereka tekuni.

Beralih ke soal pribadi, Kabarnya Anda penggila olahraga. Bisa anda ceritakan lebih lanjut?

Olahraga favorit saya martial art. Muay thay dan Jiu jitsu. Sudah lama saya menekuni olahraga ini. Seminggu tiga kali, setiap jam 6 pagi saya latihan. Semua olahraga pernah saya coba. Tapi cinta saya di golf. Saya ingin menjadi kakak bagi para junior.

Kabarnya, Anda sempat berada di level pegolf junior?

Umur 7 tahun saya sudah main golf tapi tidak pernah serius. Saya pernah berada di level junior, makanya saya cinta sama junior. Inilah alasan kenapa saya ingin kembali ke golf utamanya di PG DKI.

Kepada para junior, apa yang bisa Anda sarankan?

Golf its not just about score. But, its how you love the game. Proses itu bukan datang tiba-tiba melainkan dari apa yang dijalani setiap hari. Kalaupun misalnya kalian tidak masuk dalam tim PON, atau tidak dapat medali emas itu bukan akhir karir di golf.

Dalam 20 tahun mendatang, menurut Anda, bagaimana prospek golf dalam skala yang lebih luas?

Saya rasa di masa-masa mendatang golf akan kembali menjadi olahraga yang lebih menyenangkan. Atlet-atlet baru pasti akan lebih banyak lahir. Industri golf juga akan semakin membuka banyak peluang untuk menjadi atlet golf. Saya optimis terhadap golf baik pegolf pria dan wanita di Indonesia.

 

You May Also Like

More From Author